Selasa, 22 November 2011

Proyek Normalisasi Muara Sungai Cibeet Terancam Gagal


Bekasi, Melayu Pos
Proyek Balai Besar Wilayah Sungai Citarum (BBWS) pekerjaan lanjutan Normalisasi Muara Sungai Cibeet Desa Nanggewer Kecamatan Cikarang Timur tahun anggaran 2011 yang sedang dilaksanakan PT LAMSARULY ARTA KENCANA (PT LAK) terkesan akan bernasib sama dengan proyek tahun 2010 silam yang dilaksanakan PT TIRTA RESTU AYUNDA asal Surabaya. Sekedar kilas balik mutu proyek tahun 2010 dengan nomor kontrak: KU.08.08/PPK-PBPS/SNVT-PPSDA/01, terkesan asal jadi yang hanya mampu menyerap anggaran proyek kurang lebih 50% dari nilai kontrak. Kegiatannya hanya sebatas pengadaan sheet pile dan mini pile serta pemancangan sheet pile hanya 20 batang. Akibatnya Pejabat BBWSC memutuskan kontrak kerja dengan pemborong. Akankah PT LAK bernasib serupa?

Terkait dengan pekerjaan Normalisasi Muara Sungai Cibeet 2011 yang dilaksanakan PT LAK dengan nilai kontrak Rp 2.609.808.000, nomor kontrak : KU.08.08/PPK-SP II/SNVT.PJSAC/01 tanggal 21 April 2011 dan lama pekerjaan 180 hari kalender, berdasarkan data yang dimiliki Melayu Pos bahwa pekerjaan terbagi beberapa item diantaranya, pekerjaan galian tanah dengan alat berat (2.674 kubik), galian tanah konstruksi (975 kubik), timbunan tanah kembali ( 790 kubik), timbunan batu kapur (425 kubik), pengangkutan tiang pancang (395 batang), dripping sheet pile (4.305 meter), dripping mini pile (1.776 m), pekerjaan beton K 100 (36,5 kubik), K 175 (296 kubik), K 225 cup pile (116 kubik), besi U 24 (37.200Kg), pasangan batu kali 1:4 (1.050 kubik) dan siaran 1:2 (2.227 meter persegi).

Hasil pemantauan Melayu Pos di lapangan (17/11), pelaksanaan pekerjaan masih dalam tahap pengecoran cup pile, pekerjaan linning, pembesian diameter 16 ml dan 10 ml, pekerjaan lantai kerja, pemasangan gorong-gorong maupun timbunan tanah. Namun tidak tampak mobil yang membawa ready mix (beton) K 225 untuk pengecoran cup pile tapi melainkan tiga unit molen. Pengakuan tiga orang pekerja yang menangani molen mengatakan, untuk satu zak semen dicampur dengan pasir hampir penuh isi molen, kalau diisi pasir penuh molennya tidak bisa berputar. Ditinjau dari hasil pelaksanaan pekerjaan yang sudah tercapai baru kira-kira 50%-60%, ditengarai penyelesaian pekerjaan akan molor bahkan terancam gagal mengingat jatuh tempo masa pelaksanaan selama 180 Hari Kalender terhitung dari tanggal 21 April -21 Nopember 2011 tinggal menghitung hari. Lambatnya pelaksanaan pekerjaan tidak terlepas dari minimnya alat berat yang digunakan saat pemancangan sheet pile dan mini pile sehingga berimbas ke pekerjaan selanjutnya.

Drs Robet Simanjuntak, MT penanggung jawab proyek ketika diwawancarai Melayu Pos terkait pencapaian pelaksanaan pekerjaan yang terkesan lambat mengatakan, “Hingga sekarang pekerjaan baru sekitar 60 % yang tercapai. Lambatnya pelaksanaan pekerjaan ini sangat dipengaruhi non teknis dari masyarakat setempat. Tanah bekas galian dari sungai yang kebetulan ditumpuk dekat rumah warga, tidak bisa kami gunakan untuk menimbun. Begitu juga dengan potongan kayu yang baru dibongkar untuk digunakan kembali juga diambil beberapa warga, batu-batu kecil serta ada warga yang berulangkali meminta adukan dari tukang molen. Padahal saya sudah sarankan agar nanti saja diambil jika pekerjaan selesai,” tandas Robet. Luhut

Tidak ada komentar:

Posting Komentar