Selasa, 06 Desember 2011

Globalisasi dan Peran Kaum Muda Indonesia


Oleh : Ilmiyawan*

Dunia yang kita diami ini terus berkembang seiring dengan perkembangan masyarakat manusia. Dinamika perkembangan kehidupan masyarakat manusia memiliki hubungan yang esensial dengan perkembangan sistem perkenomian, sosial, politik dan kebudayaan. Perkembangan paling mutakhir adalah semakin terintegrasinya unit-unit terpisah dan lokalis dalam sistem global yang kompleks. Globalisasi kini kerap terdengar dalam perkembangan sistem perekonomian di tanah air. Perkembangan globalisasi merupakan bagian integral dari perkembangan sistem formasi ekonomi – politik, akan tetapi cenderung mengarah pada sistem perkenomian yang kapitalistik. Perkembangan tersebut mengambil bentuk akselerasi yang begitu cepat. Faktor utamanya adalah perkembangan teknologi informasi, komunikasi dan transportasi. Keadaan itu menyebabkan unit-unit yang terisolir dipaksa membuka diri, hal ini menyebabkan Negara – bangsa harus bertransformasi dengan menjadi bagian dari masyarakat internasional dan lahirnya tatanan baru yang terkenal dengan sebutan lingkungan dunia. Perkembangan terbaru dalam sudut belahan dunia ini akan dengan mudah dinikmati oleh masyarakat dunia (masyarakat internasional). Bahkan kejadian-kejadian yang tertutup seperti proses politik di Myanmar, Irak, Libya, Thailand, bahkan Indonesia bisa dengan mudah diakses dan dinikmati oleh masyarakat internasional. Seorang penyanyi dangdut bernama suci di wilayah pantura dan briptu norman di Makasar mungkin terasa asing bagi masyarakat di sekitarnya, akan tetapi sosok mereka bisa familiar bagi pengakses youtube, terutama penggemar lagu dangdut koplo diberbagai penjuru dunia, itulah aspek perkembangan globalisasi.

Antony Gidden (1990) menyebut globalisasi sebagai intensifikasi hubungan sosial dipenjuru dunia yang menghubungkan wilayah-wilayah yang saling berjauhan dengan cara tertentu sehingga apa yang terjadi pada tingkat lokal dipengaruhi oleh kejadian-kejadian yang berlangsung di tempat lain (yang mungkin bermil-mil jaraknya ) serta sebaliknya. Fenomena ini merupakan bentuk pengaruh globalilasi dalam sistem sosial dan budaya masyarakat manusia di dunia ini. Globalisasi setidaknya tercermin pada dua fenomena yang memiliki pengaruh nyata. Pertama, melonggarnya rantai-rantai yang membelenggu aktivitas politik, ekonomi dan sosial sehingga sekup semua aktivitas tersebut kini membentang seluas dunia. Kedua, semakin intensya tingkat interaksi dan saling berhubungan di dalam dan di luar Negara-negara serta masyarakat (David Held, 1995).

Proses globalisasi dewasa ini ditandai dengan lima perkembangan pokok, yaitu : pertumbuhan transaksi keuangan yang cacat, pertumbuhan perdagangan yang cepat, terutama perusahaan-perusahaan multinasional, gelombang investasi asing langsung yang mendapat dukungan luas dari kalangan perusahaan multinasional, timbulnya pasar glonal, penyebaran teknologi dan berbagai pemikiran sebagai akibat dari ekspansi sistem transportasi dan komunikasi yang cepat dan meliputi seluruh dunia.

Pengaruh globalisasi mesti disiasati oleh segenap komponen bangsa mulai dari para stakeholder hingga masyarakat luas agar mampu menghadapi tantangan, hambatan, ancaman dan gangguan yang akan terjadi akibat dari globalisasi. Dalam bingkai kebangsaan kita hendaknya globalisasi tidak menjadi pemicu lahirnya disintegrasi bangsa. Terutama dalam mindset generasi muda Indonesia, karena masa depan sebuah bangsa terletak pada pundak generasi mudanya. Adalah sangat penting bagi generasi muda dalam menyikapi arus globalisasi dengan arif dan bijaksana sehingga kita mampu mengatasi masalah-masalah kebangsaan kita dimasa yang akan dating guna menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Bila kita amati perspektif pemuda saat ini, adalah menjadi sebuah ukuran kesuksesan seorang anak bangsa tidak lagi diukur dengan kepribadian yang jujur, bersih yang senantiasa memiliki keberanian untuk mengedepankan kepentingan sesama bangsa dan kepentingan orang banyak. Ukuran yang dipandang yang terhormat saat ini ialah ketika berhasil menjadi seorang pejabat, baik yang duduk di pemerintahan bahkan parlemen.  Akibatnya pemuda masa kini tidak lagi mempersoalkan ideologi dalam tataran makna, tetapi pada tataran perbuatan, sebagai konsekwensinya pemuda kini tidak lagi mempersoalkan masalah globalisasi dalam tataran kebangsaan, melainkan berkonsentrasi untuk mengejar prestasi dalam bidang ekonomi, dan perebutan prestise diberbagai tataran baik sosial, ekonomi dan politik. Yang lebih ironisnya ukuran yang dianggap sangat sukses adalah ketika mampu memanfaatkan jabatan yang diemban tersebut untuk memperkaya diri, hidup bermwah-mewahan yang didapat dari hasil mencuri uang Negara atau mengeksploitasi sumber daya alam.

Perspektif diatas adalah bentuk kemunduran dan keterbelakangan mental serta moral generasi muda pada era reformasi, fenomena cacat mental dan moral sangat merata dan belum pernah terjadi dalam sejarah panjang bangsa Indonesia di era sebelumnya. Fenomena di era reformasi saat ini adalah pemuda dijadikan sebagai komoditi, akibatnya pemuda sebagai manusia telah dimusnahkan secara sistematis. Peran pemuda sebagai lokomotif perubahan kehidupan berbangsa dan bernegara menjadi lebih baik direduksi oleh lingkungan sosial yang terbentuk akibat sistem Negara yang menjadi komoditi politik yang diperdagangkan, bahkan yang lebih ironis menjadi pucuk pimpinan pada sebuah orgnisasi kepemudaan menjadi sebuah komoditi yang diperdagangkan. Namun bukan berarti kaum muda Indonesia tidak boleh atau tidak berkompeten untuk terlibat dalam politik praktis.

Dampak globalisasi yang sebagaimana dijelaskan diatas sangat jelas sangat berhubungan dengan kehidupan berbangsa dan  bernegara dewasa ini. Oleh karena itu peran pemuda yang terberat saat ini dalam kehidupan berbangsa dan bernegara bukan hanya sekedar memiliki kesadaran partisipatif dalam kehidupan sosial, politik dan ekonomi melainkan melakukan perubahan mindset atau cara pandang pemuda dan masyarakat secara umum untuk kembali pada nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab. Kembali untuk perjuangan untuk kepentingan umum, dengan ketulusan untuk mengorbankan kepentingan pribadi dan kelompok. Perubahan mindset hendaknya menjadi agenda prioritas saat ini sebagai syarat untuk menempuh dan mewujudkan tatanan masyarakat yang benafaskan filosofi kerja sama, gotong royong, dan kekeluargaan guna membasmi bakteri individualisme, liberalisme, kapitalisme serta cacat moral dan cacat mental yang terjangkit luas dikalangan pemuda saat ini.

Pemuda sebagai agen perubahan dan kontrol sosial yang menjelma menjadi sebuah amunisi dari maju mundurnya sebuah bangsa yang senantiasa siap untuk selalu mengambil peran dan menuntut sumbangsihnya untuk kemajuan kehidupan berbangsa dan bernegara.

*(Penulis adalah Kepala Biro Media Melayu Pos Wilayah Bengkalis Provinsi Riau

Tidak ada komentar:

Posting Komentar