Selasa, 13 Maret 2012

Harmony Sebagai Identitas


Catatan Kunjungan ke India 9-15 Februari 2012
Oleh Mas ud HMN

Mungkin tidak semua orang setuju kepada harmony, karena harmony berlawanan dengan dinamika. Dengan harmony situasi mandek, sementara orang selalu suka kepada perubahan progres.

Tetapi Dr Retta guru Besar Psykology Hamrad University New Delhi menyatakan  bahwa manusia dan lingkungan memerlukan keseimbangan, saling menjaga antara satu dengan yang lain. Dalam pandangan dia mana mungkin terjadi keseimbangan tanpa satu kepastian. Kepastian itu adalah harmony, maka harmony menjadi identitas.

Kata dia, India berjuang untuk identitas tersebut, kini makin merasakan dampaknya. Harmony dengan alam dan harmony antar sesama memang bukan suatu yang mudah. Tapi kalau itu bisa sebuah keniscayaan sukses. India, kata Dr Retta, bisa menjaga alamnya, hutan dan satwanya. Banyak orang memuji sistem India, memacu pertumbuhan tidak merusak lingkungan alam.                                   

Dr Verma yang juga menjadi pembicara dalam seminar, sepakat dengan Dr Retta. Alahamdulillah kami menikmati alam tanah air kami yang segar dan kami membanggakannya. Dan kami akan meneruskan kebijakan ini.

Apa yang disampaikan Dr Retta dan Dr Verma tidaklah berlebihan. Sebab kami dapat membuktikannya di mana burung, monyet, tupai dapat dengan tenang melompat dari pohon ke pohon. Saya terkejut juga di bilangan pusat kota, di taman kota ada burung Kuau yang amat langka. Di sana burung merakit menggoyangkan bulunya yang cantik itu. Seolah memperagakan kepada kami yang melihatnya dengan haru.

Di Indonesia, pasti ini ditangkap. Tidak mungkin membiarkannya. Sebab burung-burung gereja pun diburu oleh orang yang tak bertanggung jawab. Sebaliknya di India, membunuh bintang dikenakan sangsi berat.

Sopir pengantar kami, Attha membenarkan larangan membunuh binatang. Ia juga menambahkan pohon juga di jaga sama. Tidak boleh menebang pohon kalau tidak ada izin.

Ia pun menceritakan  binatang yang ada di sini tidak mengganggu manusia. Mereka hidup dengan caranya sendiri, namun tidak merusak atau masuk-masuk ke rumah orang. Di sekitarnya. Jadi tidak alasan untuk menganggu mereka bagi orang.

Kami bisa membenarkan karena mata kepala kami sendiri melihat keadaan demikian itu. Satwa, lingkungan bagaikan bersahabat karib dengan manusia saling hidup bersama.

Kunjungan kami ke India  memang menghadiri  seminar  dengan  tema  Harmony sebagai Role Untuk Masa depan. Memberi sambuatan Mufti  Mesir dan Wakil dari Qatar dihadiri utusan 16 negara.

Paper dari Indonesia kami (Suhardi, Somingusluitnan dan saya) buat Harmony Hidup Dengan Filsafat Pancasila. Dalam paper 12 halaman, kehidupan bersama yang harmony dibentuk oleh cita-cita dilaksanakan dengan penuh wisdom. Kita tunjukkan sejarah bangsa Indonesia yang berhadapan dengan pandangan bangsa lain datang ke Indonesia. Namun pergulatan ideologis berlangsung dengan damai.

Hindu menjadi agama awal masuk Indonesia dan kemudian Islam dan bangsa barat. Walaupun ada konflik bersenjata yang tak terelakkan namun semangat untuk damai dan harmony jauh lebih dominan.

Kita meyakini harmony antar sesama dalam bermasyarakat dan bernegara. Harmony yang kita anut adalah harmony berkeTuhanan. Karena harmony dianjurkan oleh agama.

Prof Muqim dari Aligarh Muslim University menyatakan bahwa Islam menganjurkan hidup berjihad dan berdamai. Dua konsep itu menjadi penting bagi tata kelola kehidupan  seorang muslim. Jihad itu untuk melakukan perubahan yang diperlukan, sementara harmony adalah untuk menjaga apa yang ada.

Dalam pandangan Muqim harmoni adalah proses. Yaitu saling membutuhkan dan karena itu diberikan batasan batasan. Jadi, kata Muqim, kata memerlukan harmony karena  keperluan untuk menjaga jangan sampai melakukan kerusakan yang tidak perlu. Demikan Muqim.

Akhirnya seminar yang dilaksanakan oleh Institut Objetive Studies berkerjasama dengan Aligarh Muslim University tsb menyimpulkan perlu menjaga harmony untuk mengatur masa depan yang lebih baik.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar