Catatan Kunjungan ke India 9-15 Februari 2012
Oleh Mas ud HMN
Mungkin tidak semua orang setuju kepada harmony, karena harmony
berlawanan dengan dinamika. Dengan harmony situasi mandek, sementara orang
selalu suka kepada perubahan progres.
Tetapi Dr Retta guru Besar Psykology Hamrad University New Delhi
menyatakan bahwa manusia dan lingkungan
memerlukan keseimbangan, saling menjaga antara satu dengan yang lain. Dalam
pandangan dia mana mungkin terjadi keseimbangan tanpa satu kepastian. Kepastian
itu adalah harmony, maka harmony menjadi identitas.
Kata dia, India berjuang untuk identitas tersebut, kini makin merasakan dampaknya.
Harmony dengan alam dan harmony antar sesama memang bukan suatu yang mudah.
Tapi kalau itu bisa sebuah keniscayaan sukses. India, kata Dr Retta, bisa
menjaga alamnya, hutan dan satwanya. Banyak orang memuji sistem India, memacu
pertumbuhan tidak merusak lingkungan alam.
Dr Verma yang juga menjadi pembicara dalam seminar, sepakat dengan Dr
Retta. Alahamdulillah kami menikmati alam tanah air kami yang segar dan kami
membanggakannya. Dan kami akan meneruskan kebijakan ini.
Apa yang disampaikan Dr Retta dan Dr Verma tidaklah berlebihan. Sebab
kami dapat membuktikannya di mana burung, monyet, tupai dapat dengan tenang
melompat dari pohon ke pohon. Saya terkejut juga di bilangan pusat kota, di taman
kota ada burung Kuau yang amat langka. Di sana burung merakit menggoyangkan
bulunya yang cantik itu. Seolah memperagakan kepada kami yang melihatnya dengan
haru.
Di Indonesia, pasti ini ditangkap. Tidak mungkin
membiarkannya. Sebab burung-burung gereja pun diburu oleh orang yang tak
bertanggung jawab. Sebaliknya di India, membunuh bintang dikenakan sangsi berat.
Sopir pengantar kami, Attha membenarkan larangan membunuh
binatang. Ia juga menambahkan pohon juga di jaga sama. Tidak boleh menebang pohon
kalau tidak ada izin.
Ia pun menceritakan binatang yang ada di sini tidak mengganggu
manusia. Mereka hidup dengan caranya sendiri, namun tidak merusak atau masuk-masuk
ke rumah orang. Di sekitarnya. Jadi tidak alasan untuk menganggu mereka bagi orang.
Kami bisa membenarkan karena mata kepala kami
sendiri melihat keadaan demikian itu. Satwa, lingkungan bagaikan bersahabat karib
dengan manusia saling hidup bersama.
Kunjungan kami ke India memang menghadiri seminar
dengan tema Harmony sebagai Role Untuk Masa depan.
Memberi sambuatan Mufti Mesir dan Wakil
dari Qatar dihadiri utusan 16 negara.
Paper dari Indonesia kami (Suhardi, Somingusluitnan
dan saya) buat Harmony Hidup Dengan Filsafat Pancasila. Dalam paper 12 halaman,
kehidupan bersama yang harmony dibentuk oleh cita-cita dilaksanakan dengan
penuh wisdom. Kita tunjukkan sejarah bangsa Indonesia yang berhadapan dengan
pandangan bangsa lain datang ke Indonesia. Namun pergulatan ideologis berlangsung
dengan damai.
Hindu menjadi agama awal masuk Indonesia dan
kemudian Islam dan bangsa barat. Walaupun ada konflik bersenjata yang tak
terelakkan namun semangat untuk damai dan harmony jauh lebih dominan.
Kita meyakini harmony antar sesama dalam bermasyarakat
dan bernegara. Harmony yang kita anut adalah harmony berkeTuhanan. Karena harmony
dianjurkan oleh agama.
Prof Muqim dari Aligarh Muslim University
menyatakan bahwa Islam menganjurkan hidup berjihad dan berdamai. Dua konsep itu
menjadi penting bagi tata kelola kehidupan
seorang muslim. Jihad itu untuk melakukan perubahan yang diperlukan, sementara
harmony adalah untuk menjaga apa yang ada.
Dalam pandangan Muqim harmoni adalah proses. Yaitu saling
membutuhkan dan karena itu diberikan batasan batasan. Jadi, kata Muqim, kata
memerlukan harmony karena keperluan
untuk menjaga jangan sampai melakukan kerusakan yang tidak perlu. Demikan Muqim.
Akhirnya seminar yang
dilaksanakan oleh Institut Objetive Studies berkerjasama dengan Aligarh Muslim
University tsb menyimpulkan perlu menjaga harmony untuk mengatur masa depan yang
lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar