Babel, Melayu Pos
Keadaan yang semakin
sulit dilihat dari kemampuan minat daya beli masyarakat sangat rendah. Hasil
dari pantauan Melayu Pos dari pasar
pagi, pasar kaget, pasar tradisional sampai dengan pasar modern. Apalagi di
bulan Pebruari 2012 nanti masyarakat Provinsi Bangka Belitung akan melakukan
perhelatan akbar pesta demokrasi pemilukada yang ke-3 setelah pemekaran menjadi
Provinsi Bangka Belitung.
Menurut beberapa
masyarakat, produk milik masyarakat sekarang ini harganya terjun bebas, contoh
seperti timah di tingkat petani (pelimbangan) biasanya harga Rp85.000/kg menjadi Rp40.000/kg basah. Harga
sawit di tingkat petani harga TBS dengan harga Rp1100/kg sekarang hanya
Rp700/kg. Harga karet juga terjun bebas dari harga Rp8.000/kg menjadi
Rp4000/kg. Banyak masyarakat bertanya-tanya tentang harga komoditi ini yang
sangat–sangat di luar logika normal. Sementara harga produk sudah jadi mulai
dari sembako harga tetap mulai merangkah naik. Sehingga ada rasa curiga masyarakat
nantinya hanya konfirasi politik, maksudnya nanti jika waktu sudah mendekati
waktu pemilukada harga akan stabil atau normal seperti semula.
Pertanyaan serupa juga
di Tanya Gam dan Darmawi yang asal dari Kecamatan Sungai Selan dan Simpang Katis.
”Kapan keadaan ekonomi seperti ini akan pulih. Karena harga komoditi produk
dari masyarakat harganya sama dengan harga sebelum harga sekarang yang terjadi
di masyarakat,” tanya Gam kepada Melayu Pos. Memang dari pantauan saat
ini selain keadaan ekonomi masyarakat terus melemah juga ada penyebab lain
seperti cuaca yang mulai ekstrim. Contoh seperti para petani karet, kalau hujan
tentu sudah tidak turun kelahan juga.
Nada serupa juga
disampaikan oleh Bujot yang sehari-harinya sebagai petani penyadap getah karet.
“Memang benar kalau sudah masuk di bulan November curah hujan semakin tinggi
extensitas dan volumenya,” jawab Bujot sambil menerawang argument selanjutnya.
Bagi masyarakat
pelimbang timah juga harus ekstra hati-hati sebab dengan cuaca hujan seperti
ini keadaan tanah sangat labil, sehingga sering terjadi longsor kecil yang
berulang-ulang. Bahkan, tidak sedikit nyawa taruhannya. ”Keadaan cuaca musim
hujan, ditambah lagi dengan biran timah yang mulai langka untuk menambah
peneritaan masyarakat dengan harga timah yang jauh bersahabat dengan para
pelimbang,” tutur Gam yang juga mulai berargumentasi dan berinteraksi langsung
dengan masyarakat saat ini. Bahkan sudah
banyak masyarakat yang sudah mengambil kayu di tempat hutan waris keluarga atau
hutan hulayat. Mereka mengambil kayu yang diameternya rata-rata 25–30 cm yang
bisa ditebang. Kayu yang seperti ini juga kalau dibawa ke Kota Pangkalpinang
akan banyak oknum pungli berseragam di sepanjang perjalanan. Jadi mereka harus
ekstra hati-hati,w alaupun hanya membawa ukuran 1m3. Marjono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar