Selasa, 20 Desember 2011

Menjelang Pilkada Gubernur Babel, Masyarakat Menjerit


Babel, Melayu Pos
Keadaan yang semakin sulit dilihat dari kemampuan minat daya beli masyarakat sangat rendah. Hasil dari pantauan Melayu Pos dari pasar pagi, pasar kaget, pasar tradisional sampai dengan pasar modern. Apalagi di bulan Pebruari 2012 nanti masyarakat Provinsi Bangka Belitung akan melakukan perhelatan akbar pesta demokrasi pemilukada yang ke-3 setelah pemekaran menjadi Provinsi Bangka Belitung.

Menurut beberapa masyarakat, produk milik masyarakat sekarang ini harganya terjun bebas, contoh seperti timah di tingkat petani (pelimbangan) biasanya  harga Rp85.000/kg menjadi Rp40.000/kg basah. Harga sawit di tingkat petani harga TBS dengan harga Rp1100/kg sekarang hanya Rp700/kg. Harga karet juga terjun bebas dari harga Rp8.000/kg menjadi Rp4000/kg. Banyak masyarakat bertanya-tanya tentang harga komoditi ini yang sangat–sangat di luar logika normal. Sementara harga produk sudah jadi mulai dari sembako harga tetap mulai merangkah naik. Sehingga ada rasa curiga masyarakat nantinya hanya konfirasi politik, maksudnya nanti jika waktu sudah mendekati waktu pemilukada harga akan stabil atau normal seperti semula.
Pertanyaan serupa juga di Tanya Gam dan Darmawi yang asal dari Kecamatan Sungai Selan dan Simpang Katis. ”Kapan keadaan ekonomi seperti ini akan pulih. Karena harga komoditi produk dari masyarakat harganya sama dengan harga sebelum harga sekarang yang terjadi di masyarakat,” tanya Gam  kepada Melayu Pos. Memang dari pantauan saat ini selain keadaan ekonomi masyarakat terus melemah juga ada penyebab lain seperti cuaca yang mulai ekstrim. Contoh seperti para petani karet, kalau hujan tentu sudah tidak turun kelahan juga.

Nada serupa juga disampaikan oleh Bujot yang sehari-harinya sebagai petani penyadap getah karet. “Memang benar kalau sudah masuk di bulan November curah hujan semakin tinggi extensitas dan volumenya,” jawab Bujot sambil menerawang argument selanjutnya.

Bagi masyarakat pelimbang timah juga harus ekstra hati-hati sebab dengan cuaca hujan seperti ini keadaan tanah sangat labil, sehingga sering terjadi longsor kecil yang berulang-ulang. Bahkan, tidak sedikit nyawa taruhannya. ”Keadaan cuaca musim hujan, ditambah lagi dengan biran timah yang mulai langka untuk menambah peneritaan masyarakat dengan harga timah yang jauh bersahabat dengan para pelimbang,” tutur Gam yang juga mulai berargumentasi dan berinteraksi langsung dengan masyarakat saat  ini. Bahkan sudah banyak masyarakat yang sudah mengambil kayu di tempat hutan waris keluarga atau hutan hulayat. Mereka mengambil kayu yang diameternya rata-rata 25–30 cm yang bisa ditebang. Kayu yang seperti ini juga kalau dibawa ke Kota Pangkalpinang akan banyak oknum pungli berseragam di sepanjang perjalanan. Jadi mereka harus ekstra hati-hati,w alaupun hanya membawa ukuran 1m3. Marjono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar