Pekanbaru (MP) - Menindaklanjuti pemberitaan MP edisi 179 atas
keluhan napi di LP Pekanbaru, karena ada aneka ragam
pungutan liar (pungli) dan perlakuan miring bagi
mereka oleh petugas
LP. Dari razia kamar sel LP wanita didapat HP 18 unit, dalam buku laporan yang tercatat cuma
ada 3 buah, kalau saat dirazia napi kedapatan memiliki uang, pasti diambil
dan tidak dikembalikan. Sementara mereka di LP perlu biaya untuk keperluan sehari-hari, seperti untuk bayar air minum galon Rp 2
ribu perhari, bayar uang sampah Rp 5
ribu perbulan, uang kamar dari Rp 100
ribu sampai jutaan, bayar iuran beli mesin air, beli
sambal, dan sewa HP/baterai/pengecas.
Setelah itu masih
berlanjut lagi kasus yang lain, pada
lebaran ketiga ada seorang napi memasukkan narkoba jenis sabu ke LP untuk
dipakai bersama. Oleh kejadian ini, para napi yang lain yang kena batunya, ada yang ditrapsel dan rolling kamar.
“Kasihan
yang rolling kamar, mereka tidak ada
berbuat dan sudah mengeluarkan uang untuk menempati kamarnya. Anehnya, si pelaku tidak ada tindakan seperti
diistimewakan dan sepertinya sudah
dapat ijin oleh oknum petugas LP. Mereka
membuat kebijakan untuk mengambil keuntungan diri sendiri dari napi, seperti pengadaan dispenser panas dingin
Miyako untuk 6 kamar, dan ditagih
perkamar 6 ratus ribu. Sepertinya para napi bagi mereka kayak
pohon duit saja,” ujar narasumber kepada MP (13/8) lalu.
Atas laporan ini, tim
mencoba untuk mengkonfirmasi langsung ke Ka Lapas
Muktar (15/8), namun Ka Lapas dan KPLP Wiwid Fr tidak ada di tempat. Petugas
piket jaga Fransaro mengatakan sedang ke Kanwil mengikuti rapat untuk acara 17 Agustus, dan tim langsung berangkat ke Kanwil
Kemenkumham di Jl Sudirman, diterima
oleh Kabag Humas pukul 11.30
Wib, ternyata di Kanwil
tidak ada rapat, dan kami coba konfirmasi ke Humas atas
kejadian di LP, namun Humas
tidak bisa memberi keterangan karena
yang berwewenang dan lebih mengerti seluk beluk LP adalah Kadiv. “Karena
kadivlah yang membawahi semua LP yang ada di Riau dan bertepatan kadiv sedang
tidak berada di tempat,” ungkap humas.
Untuk kedua kalinya tim
mencoba konfirmasi lagi ke LP (22/8), lagi-lagi jawaban
petugas piket jaga Fransaro Ka Lapas
Muktar dan KPLP Wiwid tidak ada di tempat. Tim
bertanya kepada piket
jaga, apa dari tanggal 15
sampai sekarang Ka Lapas
tidak di tempat, petugas jaga mengiyakan dengan enteng. Dan
tim mencoba minta nomor telepon
yang bisa dihubungi, petugas jaga
mengatakan tidak ada. “Karena kalau orang besar tidak sembarang
orang bisa menghubungi,’ ungkapnya ke tim yang pada saat itu ada
kegiatan di luar sel acara Agustusan dengan
dentuman house music.
Di tempat terpisah, tim
mencoba konfirmasi kepada pengunjung yang ada di luar LP membenarkan
pungutan-pungutan lain di LP, untuk masuk pertama daftar Rp 10
ribu dan di pintu ke dua Rp 10 ribu, belum
lagi dari napi yang dikunjungi di LP. “Ya susah
juga pak, di situ ditulis
kunjungan tidak dipungut biaya,” ujarnya.
Dan pengunjung yang lain
juga mengeluhkan bahwa saudaranya sudah menjalani masa
tahanannya, namun sampai sekarang belum keluar dari LP, dan ada informasi pada sore hari
akan ada pemindahan tahanan ke LP Bangkinang, yaitu napi yang kurang lebih
satu bulan baru menempati LP Pekanbaru, yaitu pindahan dari Bengkalis serta korban
para pelaku dan oknum di LP, yang kurang lebih 3 bulan lagi menjalani masa
tahananya. Tbn

Tidak ada komentar:
Posting Komentar